Thursday, January 24, 2013

Sejarah Terbentuknya Nama - Nama Planet

Planet adalah semuah tempat tinggal di mana makhluk hidup bisa hidup di dalamnya. Banyak sekali macam-macam planet yang saaat ini sudah di temukan manusia.

Dan untuk yang terbaru saat ini planet masih berjumlah 8, Karena pluto sudah tak dinaggap menjadi sebuah planet. Langsung saja simak Sejarah Terbentuknya Nama - Nama Planet di bawah ini :

1. Merkurius 
Planet Merkurius diambil dari nama Merkurius, dewa romawi yang bertugas sebagai pemberi kabar, petunjuk, dan wahyu. Dia mempunyai kecepatan terbang yang sangat luar biasa dan biasanya dia sering bersama dewa Mars. Planet ini sesuai dengan dewa merkurius yaitu dapat terbang sangat cepat. Sedangkan, planet ini merupakan planet yang mengitari matahari dengan sangat cepat. 

2. Venus 
Planet Kejora Diambil dari nama Dewi kecantikan. Venus merupakan pasangan dari dewa Mars. Planet ini mendapat nama seperti itu karena planet venus sangat indah jika dilihat kapanpun. Itu karena atmosfernya 90% terdiri dari CO2 yang bersifat menyerap cahaya matahari sehingga planet ini terlihat berkabut dengan cahaya yang sangat indah. 

3. Bumi 
Tidak diketahui secara asli mengapa dinamakan bumi. Tetapi, beberapa sumber mengatakan bahwa bumi merupakan nama lain dari Dewi Gaia, Dewi yang menjaga alam semesta dan memberi kemakmuran serta kehidupan. Mungkin, nama itu diberikan kepada planet tempat kita bermukim ini karena disini merupakan tempat yang memiliki sumber kehidupan yang sangat penting yaitu, air. 

4. Mars 
Mars merupakan nama dari Dewa perang orang-orang bangsa romawi dan suami dari dewi Venus. Para orang terdahulu menganggap planet merah ini sebagai perwujudan dari dewa Mars karena rupa planet ini yang agak merah. Mereka menganggap Dewa mars sangat senang sekali untuk berperang. Perang identik dengan timbulnya korban jiwa ataupun darah, oleh karena itu mereka menamai planet ini dengan sebutan Mars. 

5. Jupiter 
Planet terbesar ini layak mendapat nama Jupiter. Itu karena secara fisik, planet ini memiliki massa yang sangat menakjubkan. Di samping itu Jupiter merupakan nama dari raja semua dewa romawi yang otomatis juga bertubuh raksasa. 

6. Saturnus 
Saturnus merupakan dewa romawi terkuat ke-2 dan dia adalah kakek dari Jupiter. Selain itu, saturnus adalah dewa pertanian yang suka terhadap keindahan di bumi. Bisa dihipotesakan bahwa planet bercincin ini mendapat nama itu karena perwujudannya yang sangat indah dengan ditambah cincin es berlapis yang tersusun dari debu-debu es. 

7. Uranus 
Uranus si dewa langit ini mempunyai istri bernama gaia (dewi bumi) yang menurunkan para titan dan dewa hebat di generasi berikutnya. Uranus memiliki anak yang kuat yaitu saturnus. Planet ini berkabut seperti langit di bumi karena atmosfernya yang terdiri dari hidrogen dan helium. 

8. Neptunus 
Neptunus adalah dewa laut yang ciri khasnya adalah sering membawa trisula, tombak yang berpisau atau bertanduk tiga. Planet ini sangat cocok diberi nama neptunus karena di dalam planet ini terdapat lauan air yangsangat luas yang tersusun dari air beku dan debu yang gagal menguap dikarenakan tekanan pada inti neptunus ini menekan molekul agar tidak bisa menguap.





Thursday, January 3, 2013

Sejarah Manusia Rantai di Sawah Lunto, Sumatera Barat

Sawah Lunto adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini, dikelilingi oleh 3 kabupaten di Sumatera Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten Sijunjung. Kota Sawahlunto memiliki luas 273,45 km² yang terdiri dari 4 kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia-Belanda, kota Sawalunto dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan batu bara dihentikan.

Saat ini kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua yang multi etnik, sehingga menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia.Di kota yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagian telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan mencanangkan Sawahlunto menjadi "Kota Wisata Tambang yang Berbudaya"

Sejarah Manusia Rantai

Kota ini menyimpan sejarah kelam pekerja paksa di pertambangan yang dikuasai oleh kolonial Belanda. Pada tahun 1858, seorang ahli geologi kebangsaan Belanda, de Groet, menemukan kandungan batubara di sekitar Sungai Ombilin, Sumatera Barat. Penelitian lanjutan dilakukan oleh R. DM. Verbeck sekitar 10 tahun kemudian dengan hasil yang cukup mencengangkan. Daerah-daerah di sekitar sungai tersebut mengandung batubara hingga kisaran puluhan juta. Baru pada tahun 1892, poduksi pertambangan batubara di Ombilin dimulai.

Manusia rantai adalah orang pribumi yang dijadikan budak oleh penjajah Belanda. Banyak dari mereka menemui ajal saat menambang batu bara. Kita bisa mengetahui kisahnya di Lubang Mbah Soero, Sawahlunto.

Pada awal abad ke-20, orang Belanda mendatangkan mandor dari Jawa, salah satunya Mbah Soero, ia diangkat menjadi mandor oleh Kolonial Belanda karena ilmu kebatinan yang dimilikinya.

Sesampainya para buruh ini di Sawahlunto, mereka langsung dikirim ke penjara orang rantai yang khusus dibuat oleh Belanda untuk para buruh paksa (orang rantai). Mereka dipekerjakan membuka lobang tambang Soegar dengan posisi kaki dirantai, makan seadanya dan menerima upah sangat kecil. Namun, tenaga mereka dikuras habis untuk menyelesaikan konstruksi lobang tambang.

Dulunya, Banyak budak atau manusia rantai yang dikerahkan untuk menggali batu bara di sini karena memang memiliki kualitas batu bara yang sangat baik. Disebut manusia rantai, karena kaki setiap budak dirantai dengan bola besi yang berat.

Mereka bekerja siang malam tanpa henti. Jika melawan kehendak, pecutan dan ragam siksaan lain akan didapat. Karena terlalu keras, tak sedikit dari manusia rantai yang akhirnya jatuh sakit. Alih-alih dilarikan ke rumah sakit atau posko kesehatan terdekat, mereka malah ditaruh di sebuah lubang lainnya.

Tidak ada bantuan medis. Mereka yang sakit hanya didiamkan di sana hingga dijemput ajal. Para juragan tambang kolonial sengaja tidak memotret orang rantai yang sedang bekerja di dalam tambang. Tentunya untuk kepentingan politis. Apa kata dunia nanti? Jadi yang dipotret adalah buruh bebas atau buruh kontrak saja. Ini karena kedua jenis buruh ini juga ada di tambang batu bara ombilin.